ARTIKEL
Home | Artikel | Cerita Moms | Anak Ketahuan Berbohong, Harus Bagaimana?
Anak Ketahuan Berbohong, Harus Bagaimana?
19 October 2018

Anita, kelas 4 Sekolah Dasar, sedang dimarahi oleh Ibunya karena ia ketahuan berbohong tentang gelas yang terjatuh dan pecah. Meski demikian, Anita tetap bersikeras bahwa ia tidak memecahkan gelas tersebut dan menyalahkan adiknya yang masih berumur 5 tahun.

Kejadian yang lain adalah Rama, kelas 6 Sekolah Dasar. Pada jam istirahat, Rama berbohong pada teman-temannya bahwa ia sering berpergian ke luar negeri dengan keluarganya. Padahal, Rama tidak pernah ke luar negeri. Kasus terakhir adalah Rara, seorang anak yang berprestasi di sekolah. Hari ini, hasil ulangan matematika minggu lalu dibagikan. Tapi kali ini, Rara hanya mendapatkan nilai 6. Rama akhirnya memutuskan untuk menyembunyikan hasil ulangannya dan berbohong mengenai nilai ulangannya.

Apakah kejadian-kejadian ini familiar untuk Moms?  Bagaimana sikap Moms ketika menghadapi kejadian tersebut?

Moms harus tahu bahwa ada 3 faktor utama yang menyebabkan Si Kecil berbohong dan kukuh dengan kebohongannya. Faktor pertama adalah takut disalahkan. Kesalahan identik dengan hukuman dan perasaan takut. Karenanya, tidak heran jika Si Kecil memutuskan untuk berbohong karena ia ingin menghindari konsekuensi dari perbuatannya. Si Kecil pasti memilih untuk berbohong ketimbang dimarahi atau bahkan dihukum oleh orang tuanya.

Faktor kedua adalah ingin terlihat hebat. Ketika Si Kecil sudah mulai memiliki kelompok pertemanan, ia pasti akan merasakan tekanan dari lingkungan tersebut. Apalagi jika teman-temannya berasal dari kelas sosial atau ekonomi atas. Si Kecil akan merasa terintimidasi dan kurang percaya diri sehingga muncul kebutuhan untuk membuat citra diri yang lebih hebat dibading teman-teman sekelompoknya.

Faktor terakhir adalah karena tidak memiliki pilihan lain selain berbohong. Faktor ini juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain, yakni kurangnya penghargaan dari orang tua dan tidak ingin mengecewakan. Memiliki orang tua yang menanamkan ekspektasi tinggi pada anak serta gaya asuh yang otoriter kerap kali menjadi penyebab kebohongan Si Kecil. Kontrol yang kuat pada pada Si kecil membuat ia berpikir tidak ada ruang bagi kesalahan. Pun dengan menanamkan ekspektasi besar, Si Kecil akan selalu berusaha agar orang tuanya tidak kecewa sehingga kebohongan menjadi opsinya.

Moms, sebagai orang tua, kita harus ingat bahwa anak pasti akan sering berbuat kesalahan. Dalam faktor pertama dan ketiga, Si Kecil berada dalam posisi yang terjepit. Ia sudah paham bahwa bohong adalah hal yang salah dan buruk tetapi ia juga tidak ingin orang tuanya kecewa dan marah atas perilakunya. Moms harus ingat bahwa kejujuran adalah dasar dari komunikasi yang efektif dan hubungan yang sehat.

Sementara dalam faktor yang kedua karena Si Kecil tidak memiliki kepercayaan diri. Cara yang dalam menghadapi ini adalah dengan membantu anak untuk memiliki kepercayaan diri dengan berfokus pada hal-hal baik yang ia miliki dan bisa ia lakukan. Moms juga perlu mengajarkan Si Kecil untuk bersyukur dengan apa yang ia punya serta tidak membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.

Ketika moms tahu bahwa Si Kecil sedang berbohong, ajak bicara secara baik-baik daripada langsung menunjukan kemarahan. Moms bisa tanyakan alasan Si kecil berbohong. Setelah itu, ajarkan kepada anak bahwa Moms lebih suka jika Si Kecil jujur meskipun ia salah. Namun demikian, Moms juga tetap harus mengajarkan bahwa ada konsekuensi dari kesalahan. Selain membentuk pola komunikasi yang baik, hal penting lainnya adalah memberikan teladan kepada Si Kecil. Dengan demikian, kejujuran pun menjadi nilai yang terus tertanam dalam diri Si Kecil. Ia pun akan tumbuh menjadi pribadi dengan nilai kejujuran dan tanggung jawab.

Share –
Twitter
Facebook
Google+
http://tiniwinibiti.id/cerita-moms/anak-ketahuan-berbohong-harus-bagaimana">
Lihat
Lihat